Minggu, 21 Oktober 2012

FanPage Ust. Yusuf Mansyur

ya Allah
tenangkanlah jiwaku
redamlah emosiku
tundukkanlah nafsuku
hilangkanlah dendamku
kuatkanlah imanku

ya Allah
istirahatkanlah diriku malam ini dengan hati dan pikiran yang damai, tenang dan bahagia.


ya Allah, bangunkanlah diriku di sepertiga malam, dan kuatkanlah untuk melaksanakan qiyamullail.

Ya Allah, yang maha pemurah lagi maha penyayang, jadikanlah esok hari ilmuku, imanku, ibadahku dan rezkiku lebih baik dari hari ini.

aamiin.

---
(spirit wisata hati dan chatting dengan ym)
-------
Sertakan "like" dan "Aamiin" agar anda menjadi bagian yang turut berdoa. Semoga doa-doa yang kita panjatkan akan semakin meningkatkan iman dan menguatkan langkah perjalanan hidup kita.

Aamiin.


-----------------------------------

Ya Allah
bila langkahku belum sesuai petunjukMu, bila diriku selalu melakukan dosa yang sama dan bila diriku belum mampu mendekat padaMu karena masih banyaknya kemaksiatan, hamba mohon ampunanMu ya Allah.

Ya Allah
ampunilah dosa-dosaku di masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Ampunilah dosa-dosaku yang sengaja maupun tidak sengaja, yang besar maupun yang kecil.

Aamiin.

Ya Allah
ampunilah
dosa-dosa orangtuaku, anakku, saudaraku dan para jama'ah yang membaca tulisan ini.

Aamiin.

Ya Allah
bimbinglah agar diri ini mampu terus memperbaiki diri mendekat padaMu, angkatlah drajatku di hadapan manusia maupun di hadapanMu.

Aamiin.

---
(spirit wisata hati dan chatting dengan ym)
-------
Sertakan "like" dan "Aamiin" agar anda menjadi bagian yang turut berdoa. Semoga doa-doa yang kita panjatkan akan semakin meningkatkan iman dan menguatkan langkah perjalanan hidup kita.

Aamiin.
--------------------

Mari kita laksanakan shalat dzuhur berjama'ah di masjid/musholla.

Dengan melaksanakan dzuhuran berjamaah, dzikir dan membaca Qur'an, semoga membuat hati menjadi semakin tenang, damai dan bahagia selalu.

Semoga setelah dzuhuran, Allah memberi petunjuk pada anda, agar yang tadinya sulit akan menjadi mudah, yang buntu akan ketemu jalan keluar dan yang berat akan menjadi ringan.

Aamiin.

Semoga kebahagiaan senantiasa menyertai anda, rekan kerja dan keluarga anda.

Aamiin.


-----------------------


Ya Allah
Engkau maha pengasih dan penyayang. Engkau yang mempunyai seluruh kekayaan alam ini.

Dengan memperbaiki diri terus menerus dalam mendekat padaMu, semoga Engkau memberiku kemurahan dalam rezki, jodoh serta drajat yang mulya.

Aamiin.
--------------------

Mari kita sambut mentari pagi dengan senyum berseri agar prestasi selalu menyertai tiap pribadi. Semoga anda senantiasa berseri dalam menjalani aktifitas dan pekerjaan hari ini.

Semoga dhuha, doa dan sodaqoh yang telah anda lakukan akan menjadikan semakin dekat dengan Allah, serta menjadikan rezki anda semakin lancar, banyak dan barokah.
Aamiin.

Semoga harapan dan doa-doa yang senantiasa anda
panjatkan akan di kabulkan oleh Allah hari ini.
Aamiin.

---
(spirit wisata hati dan chatting dengan ym)
-------
Sertakan "like" dan "Aamiin" agar anda menjadi bagian yang turut berdoa. Semoga doa-doa yang kita panjatkan akan semakin meningkatkan iman dan menguatkan langkah perjalanan hidup kita.

Aamiin.
-------------------------
Selamat menjalani aktifitas anda hari ini. Semoga Allah senantiasa memberi anda kesegaran, kesehatan, keselamatan, dan optimisme menuju kesuksesan anda.

Semoga dhuha, doa dan sodaqoh yang telah anda lakukan akan semakin mendekatkan padaNya serta mengalirkan rezki anda semakin lancar, banyak dan barokah.
Aamiin.

Semoga hari ini Allah menuntun langkah anda agar yang kemaren sulit hari ini terasa m
udah, yang kemaren terasa buntu hari ini ada jalan dan yang kemaren terasa berat hari ini menjadi ringan.
Aamiin.

---
(spirit wisata hati&chatting dengan ym)
-------
Sertakan "like" dan "Aamiin" agar anda menjadi bagian yang turut berdoa. Semoga doa-doa yang kita panjatkan akan semakin meningkatkan iman dan menguatkan langkah perjalanan hidup kita.

Aamiin.

Status Facebook Ust. Arifin Ilham

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu. KELUARGA SAKINAH itu keluarga y g bahagia dunia akhirat krn setiap anggota keluarganya menikmati taat kpd ALLAH, saling cinta, saling berbagi, saling berlomba u membahagiakan & saling mendoakan. Alqur'an & Sunnah landasannya, bacaan Alqur'an terdengar disetiap magrib & subuh, kajian keluarga setiap pekan, tahajjud dan dhuha pun terjaga, setiap berj
umpa selesai sholat, kajian & bepergian, mereka saling peluk cium, ikhtiarnya pada rizki yg halal dan mrk pun mempersiapan generasi keluarganya u menjadi generasi da'wah, dan semuanya rindu RIDHO & SYURGAnya ALLAH. Inilah yg disebut Imam Ghazali, "Al Jannah qoblal Jannah" rumah tangga Syurga sebelum Syurga sebenarnya. Kutulis ini setibaku di Pasaman Timur 3 jam lewat darat dari Padang Sumatera Barat. Lelahku terasa ni'mat setelah menulis hikmah ini u kalian sahabatku tercinta...met istirahat ya sahabatku, Semoga Allah terus menerus memperbaiki keadaan kita & keluarga kita...aamiin.
---------
Aassalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu. Kembali dipenghujung malam ahad ini ku mengajak kalian sahabatku untuk merenungi nasehat Rasulullah yg Allah utus memperbaiki akhlak umat manusia. "Sesungguhnya umatku yg paling dekat dgku di akhirat kelak adalah yg paling lembut tutur kata, paling mulia akhlaknya, paling rendah hati & senang menyesuaikan diri dg sesama namun tetap dalam sunnahku"
(Ath Thobrani). Semakin beriman, semakin bertaqwa, semakin senang ibadah, semakin semangat amal sholeh, semakin mulia akhlaknya, semakin SIBUK & ASYIK memperbaiki dirinya, sama sekali tidak tertarik mencari kekurangan apalagi aib orang lain, SUBHANALLAH sederhana akhlak ini tetapi luar biasa, membuat empu akhlak ini sangat bahagia sebelum dibahagiakanNya di Akhirat kelak...ku berharap dg ku ulang ulang nasehat nasehat Rasulullah semakin menyadarkan diriku & kalian sahabatku tercinta untuk segera menikmatinya dg mengamalkannya...insya Allah...aamiin.
---------
Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu. Sahabatku tercinta, dhuha ini kuajak kalian mengetahui ternyata ada lho org tua yg durhaka kpd anaknya, simaklah kisah ini. Seorg bapak marah marah pd anaknya yg nakal, lalu anak itu mengadu pd Umar alKhottob, "Hai tuan, apakah seseorg anak punya hak pd orgtuanya? "Ya anak punya hak pd orgtuanya", "Apa hak anak itu tuan?", "Memberi nama anak dg nam
a yg baik, mengajarnya Alqur'an & mencari ibu yg sholehah", "Tuan, ayahku memberi namaku Ja'lan (kuda liar), tdk mengajari Alqur'an & ibuku musyrik", Umar berkata pd bapaknya, "Sebelum anakmu durhaka, kamu lebih dulu durhaka padanya". "Semoga Allah dampingkan kita dg pasangan sholeh or sholehah, Allah hiasi keluarga kita dg nama nama baik & akhlak yg mulia & Allah jadikan keluarga & keturunan kita penuh rahmat Allah krn mencintai Alqur'an & Sunnah Nabi Muhammad...aamiin".
---------
Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu. Sahabatku inilah diantara Hikmah Qurban, 1. Bukit CINTA SEJATI kpd ALLAH sbgmn nabi Ibrahim sekelurga berqurban (QS 37:102-111), 2. Bukti nyata BERSYUKUR, “Supaya mrk menyebut nama ALLAH atas apa yg ALLAH rizkikan kpd mrk berupa binatang ternak…” (QS 22:34), 3. Bukti sbg hamba BERTAQWA, “Daging2 unta & darahnya itu sekali2 tdk dapat mencapai (kerid
haan) ALLAH, tetapi ketaqwaan dari kamulah yg dapat mencapainya…” (QS 22:37), 4. Berhak BERIBADAH kpd ALLAH, “Brg siapa yg mempunyai keluasan (harta) & tdk mau berkurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami!” (HR. Ahmad), 5. Meraih AMPUNAN dosa, ”Fatimah, berdirilah & saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pd saat awal tetesan darah itu dari dosa2 yg kamu lakukan... (HR. Abu Daud & At-Tirmizi), 6. PAHALA BESAR, "Pada tiap2 lembar bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan" (HR. Ahmad & Ibnu Majah), 7. Hewan Qurban BERSAKSI, Sesungguhnya ia (hewan qurban) akan datang pd hari kiamat dg tanduk, kuku & bulu2nya. & sesungguhnya darah hewan qurban akan jatuh pd sebuah tempat didekat ALLAH sebelum darah mengalir menyentuh tanah. Maka berbahagialah jiwa dgnya". (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah & Al Hakim). 8. Krn ia bersyukur atas NI'MAT ALLAH maka ALLAH tambahkan lagi ni'mat2 yg byk untuknya (QS 14:7). 
----------
Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu. SubhanAllah walhamdulillah baru saja berzikir bersama kaum muslimin muslimat yg tengah bertekai padahal sesama muslim, antara desa Padende dg desa Binangga ini sebulan lalu bertekainya disusul desa Langaleso dg desa Dolo seminggu yg lalu, empat desa ini wilayah Sigi Palu Sulawesi Tengah. "Ingat sauadaraku kita akan hidup di Akhirat nanti selama lam
a, Ingat semua kita akan bertanggungjawab dihadapan Allah atas segala yg kita perbuat, Ingat kita dipersaudarakan Allah & Rasulullah,..yg kita musuhi itu saudara kita seiman juga...bagaimana nanti di Akhirat ditanya, mengapa kau sakiti saudaramu seiman, mengapa kau bunuh saudara seiman?, Ampuni kami semua ya Allah, kembali persaudarakan kami, satukan hati kami dalam cinta krnMu, damaikan hidup kami dg rahmat & berkahMu...aamiin". Seusai menangis semua saling salaman bermaafan & pelukan...ya Allah hamba bahagia menyaksikan kedamaian umat Rasulullah. Damai selalu hai umat Rasulullah...aamiin.
----------
Sahabatku inilah diantara kriteria istri sholehah, 1. Sgt damai hidup bersamanya krn ketaatannya kpd Allah (QS 4:34), 2. Kalau ditatap selalu menyenangkan, 3. Tdk membantah jika diperintah suaminya dalam kebaikan & Syariat Allah, 4. Pandai menjaga kehormatan & harta suaminya, Rasulullah bersabda, "Sebaik2 istri sholehah adalah jika ditatap menyenangkan, bila diperintah taat, & jika suaminya pergi 
pandai menjaga kehormatan & harta suaminya" (HR Abu Daud), 5. Mulia sekali krn terjaga kehormatan & tertutup auratnya (QS 33:59), 6. Bukan hanya sabar bahkan rela berkorban u suaminya, 7. "Gholimah" pandai merawat tubuhnya & sangat aktif melayani suaminya, 8. Bersyukur atas ni'mat Allah dg terus membangkitkan semangat suami & tdk menuntut diluar batas kemampuan suaminya, 9. Menyayangi & menghormati klrg suaminya, 10. Tdk keluar rumah tanpa seizin suaminya, 11. Menyertakan suaminya dalam doanya, terutama dipenghujung malam, 12. Penuh perhatian saat suami bicara disertai tatapan cinta, 13. Hadiah kecil tetapi sgt membahagiakan suami, ta'kala istri menciumnya disertai bisikan, "Adek bangga menjadi istrimu, kak", SubhanAllah indaaaaaaaaah sahabatku, makasih ya Allah.
------------
Sahabatku inilah diantara kriteria Suami Sholeh, 1. Imam teladan dalam ketaqwaan, bukan hanya dicintai tetapi dihormati & ditaati oleh istri & anak anak, 2. Sangat kuat ibadahnya, seperti selalu berjamaah di mesjd, membangunkan klrgnya u sholat malam, tadabburul Qur'an, dhuha dsb, 3. Guru bagi klrg, menjadwalkan serius & rutin u pembinaan klrgnya, 4. Mencukupkan klrgnya dg rizki yg halal, 5. Berak
hlak mulia, penuh kasih sayang, rendah hati & mesra, "Gaulilah klrgmu dg akhlak mulia " (QS 4:19). Rasulullah bersabda, "Sebaik baik kalian yg bersikap terbaik pd klrg kalian, & aku adalah bersikap terbaik pd klrgku", 5. Meringankan beban istri, seperti Rasulullah menjahit pakaian sendiri, memperbaiki sepatu sendiri & memerah susu sendiri, 6. Mendengar & menghargai pendapat istrinya, 7. Memanggil istri dg panggilan manja, "Duhai bidadariku dunia akhirat", 8. Tidak malu minta maaf kalau memang salah, 9. Membentengi keberkahan klrg dg sedekah & mengasuh yatim, 10. Mempersiapkan anak2nya u menjadi generasi Pewaris para Nabi, 11. Sering memberi ciuman & hadiah kejutan, 12. Mengajak klrg duduk di Majlis Ilmu & bershilturrahm dg ulama, 13. Kuat doanya u keluarga & umat Rasulullah. "Duhai Robb kami, anugerahkanlah kami isteri & keturunan kami sbg penyenang hati kami & jadikanlah kami imam bagi org yg bertakwa” (QS 25:74)

Rabu, 17 Oktober 2012

Peran Guru Dalam Membangun Tradisi Kejujuran Akademik


Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi perserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar, menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Dalam konteks yang lebih luas keberadaan guru dalam proses mengajar menjadi sesuatu yang vital, jika kemudian di maknai secara integral oleh para guru. Sebab salah satu kunci dari keberhasilan dalam proses pembelajaran bukan hanya dilihat dari aspek keberhasilan seorang siswa (murid) mendapatkan nilai yang bagus, tetapi yang lebih penting adalah sejauh mana seorang guru membangun dan menanamkan nilai-nilai akhlak mulia dalam konteks kehidupan sehari-hari. Sehingga kemudian diharapkan anak-anak didiknya menjadi anak yang mempunyai karakter, disiplin, mandiri, jujur dan selalu berusaha meningkatkan kemampuan dirinya.

Melihat diskripsi di atas, maka kemudian muncullah sebuah pertanyaan, sejauh mana Peran Guru Dalam Membangun Tradisi Kejujuran Akademik. Pertanyaan itu memang sederhana tapi cukup menggelitik utamanya bagi guru-guru yang selama ini belum berperan secara signifikan membangun budaya (tradisi) kejujuran di sekolahnya (lembaga) di mana ia bekerja sebagai seorang pendidik (guru), baik dalam konteks membangun kejujuran untuk dirinya sendiri maupun perannya dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran pada anak didiknya dan juga teman-teman sesama profesi. Ini menjadi sangat urgens ketika seorang guru belum mampu menunjukkan pribadi yang jujur dalam kesehariannya, maka akan sulit bagi guru nenanamkan nilai-nilai kejujuran pada peserta didiknya. Karena segala aktifitas yang dilakukan guru terutama di sekolah, akan menjadi cerminan (contoh) bagi muridnya, jika kemudian guru tidak jujur baik ucapan maunpun tindakannya, maka jangan harap anak didiknya mempunyai sifat-sifat kejujuran utamanya dalam proses belajar mengajar.

Sesungguhnya peran guru dalam membangun tradisi (budaya) kejujuran dilingkungan akademiknya sangat penting dan luas. Di anggap sangat penting karena guru sering bersentuhan langsung dengan anak-anak didiknya dalam proses pembelajaran, saat proses itulah peran-peran guru menanamkan tradisi kejujuran kepada siswa-siswinya. Contoh sederhana peran guru dalam membangun tradisi kejujuran kepada murid-muridnya, ketika ulangan, seorang guru harus menyampaikan secara jujur agar tidak menyontek, baik kepada temannya maupun pada buku catatan, pesan itu disampaikan dengan bahasa yang sederhana yang bisa ditangkap anak didiknya dan itu harus dilakukan secara istiqomah dan tidak pernah berhenti menyampaikan pesan-pesan moral. Sehingga pada akhirnya terwujudlah rumusan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Kemudian keluasan guru dalam membangun budaya (tradisi) kejujuran dilingkungan akademiknya, bisa dilihat dengan tugas utama seorang guru yaitu; 1)mendidik, dalam persfektif ini pentingnya guru mengembangkan keterpaduan kualitas manusia (anak didiknya) pada semua dimensinya yang merupakan manifestasi dari iman, ilmu, dan amal; 2)mengajar, dimaknai sebagai suatu proses yang dilakukan guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Posisi ini sangat memungkinkan bagi guru untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti dengan terus melakukan pembinaan tingkah laku (behavior) dan akhlak mulia sebagaimana penjabaran dari sifat shidiq (jujur), pembinaan kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam sebagai perwujudan dari sifat fathonah (kecerdasan), pembinaan sikap mental (mental attitude) yang mantap dan matang sebagai penjabaran dari sifat amanah (kredible), dan kemudian pembinaan keterampilan kepemimpinan (leadershif skill) yang visioner dan bijaksana sebagai bentuk penjabaran dari tabligh. 3)melatih, dalam konteks ini seorang guru mempunyai tanggungjawab yang luas melatih ketrampilan dan kecakapan kepada peserta didiknya, yang diwujudkan dengan bentuk konkrit dalam proses kehidupan sehari-hari, misalnya melatih kedisiplinan, kejujuran, baik perkataan maupun perbuatan (tindakan) kepada peserta didiknya, dan tentunya adalah keteladanan (contoh) yang ditunjukkan oleh sikap disiplin dan kejujuran, artinya sikap dari dirinya sendiri (guru), utamanya disiplin dalam mengajar, kejujuran dalam perkataan, perbuatan dan tindakan. 4)menilai dan mengevaluasi, proses ini sangat penting karena menyangkut kepribadian anak didik, sebab di khawatirkan jika penilaian dan pengevaluasian di latarbelakangi suka tidak dan tidak suka, maka penilaian serta evalausi sudah tidak obyektif dan tentu yang dirugikan adalah peserta didiknya. Sehingga kemudian seorang guru memastikan dalam proses penilaian harus mengedepankan nilai obyektifitas dan kejujuran, karena ini menyangkut masa depan anak didiknya. Jika guru sudah tidak obyektif dan jujur dalam penilaian dan pengevaluasiaan, maka sesungguhnya guru sudah membunuh karakter anak bangsa dan merusak tatanan pendidikan baik langsung maupun tidak langsung.


Kemudian keluasan berikutnya adalah peran guru dalam membangun tradisi kejujuran dengan teman seprofesi (teman sejawat), harus di akui secara jujur tidak semua guru peduli terhadap nilai-nilai kejujuran, sehingga sangat penting memberikan wawasan akan pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari, baik jujur dalam perkataan, perbuatan maupun tindakan (aksi). Sungguh sangat ironis jika anak didiknya diajarkan kejujuran, sementara gurunya sendiri tidak memberikan teladan yang baik, bahkan merusak tradisi (budaya) yang sudah mengakar kepada peserta didikanya demi kepentingan pribadi, kepala sekolah yang kemudian anak didik dan lembaganya dikorbankan. Anak didik akan semakin baik, cerdas, berkarakter, guru semakin termotivasi untuk mengajar dengan disiplin, lembaga akan terhormat dan bermartabat secara akademik di akui eksistensinya, kalau dalam lembaga tersebut secara inhern menanamkan budaya (tradisi) kejujuran dalam semua aspek, jadi tidak perlu ada kekhawatiran anak didik pada endingnya tidak berhasil dalam menempuh ujian akhir.

Dari diskripsi yang sederhana di atas, maka sesungguhnya peran guru dalam membangun tradisi kejujuran akademik ada tiga aspek, pertama; membangun kejujuran harus dimulai dari dirinya sendiri sebagai seorang guru, yakni antara perkataan, perbuatan dan tindakan harus sesuai dengan norma-norama yang berlaku. Kedua; sebagai seorang guru, yang tugas utamanya adalah mendidik, melatih, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi kepada peserta didiknya, maka guru mempunyai kewajiban untuk membentuk karakter anak didiknya memiliki sikap disiplin, jujur, mandiri, demokratis dan bertangungjawab. Ketiga; guru secara akademik juga mempunyai tanggunjawab untuk membesarkan lembaga (sekolah), maka dalam konteks ini guru harus mampu membangun dan memberi keteladan kepada teman seprofesinya untuk terus menerus menanamkan nilai-nilai kejujuran baik untuk dirinya (teman seprofesi), maupun peserta didiknya melalui mata pelajaran yang di ampu. Dengan demikian bangunan akademik yang mengedepankan nilai-nilai kejujuran akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, peserta didik bangga kepada lembaga (sekolah) dan tenaga pendidiknya, guru bangga kepada peserta didik dan lembaganya, kepala sekolah bangga dengan anak didik, guru (pendidik), lembaga (sekolah) yang di nakodainya dan semua bangga dengan satu motto “KEJUJURAN”.

Senin, 15 Oktober 2012

Adab Majelis


Tata Tertib Majelis
  1. Membaca basmalah
  2. Berinfaq (58:12)
  3. Tilawah Quran (7:204)
  4. Tausiyah (103:1-3)
  5. Doa

Adab Majelis

  1. Luruskan niat, dengan niat yang ikhlas
  2. Berlapang-lapang dalam majelis dalam tempat, hati dan waktu.
  3. Sopan santun (58:11)
  4. Diskusi yang baik, hindari debat (16:125, 40:56)
  5. Izin jika ada uzur (24:62)
  6. Menjaga Amniyah
Adab Peserta Mentoring
Adab terhadap diri sendiri


  • Memiliki kesiapan ruhi, aqli, dan jasadi
  • Memperbaiki dan meluruskan niat
  • Bersaharja dalam berpakaian
  • Bersemangat dalam menuntut ilmu
  • Senantiasa menghiasi diri dengan akhlaq mulia.
Adab terhadap sesama peserta:
  • Saling menasehati antar sesama peserta
  • Saling memotivasi antar sesama peserta agar giat dan bersungguh-ungguh dalam mengikuti tarbiyah
  • Tidak memotong pembicaraan tanpa izin.
  • Selalu hadir dengan wajah berseri, memberi salam dan bertegur sapa.
  • Tidak menyakiti perasaan.

Minggu, 14 Oktober 2012

MUHASABAH : JANGAN MEMANDANG DARI SATU SISI



“Semua tergantung cara kamu memandang”. 

Teman – teman pernah mendengar kata ‘relatif’. Dalam kamus bahasa Indonesia arti dari kata ini adalah sifat yang tidak mutlak. Nah maksudnya adalah semua kata benda yang diikuti oleh kata ini memiliki sifat yang tergantung dari cara penilaiannya. 

Sekarang saya pengen ajak diskusi nih, benarkah kalau pandangan manusia terhadap sesuatu itu cenderung ‘relatif’? 

Pasti sering kan teman – teman lihat di daerah sekitaran lampu merah atau di jalan – jalan protokol atau jalan sekitaran kampus dan sekolah teman – teman, gerombolan pengemis dengan tampang yang berbeda – beda dan fisik yang terkadang memiliki kekurangan. Mereka meminta – minta kepada setiap orang yang mereka temui. Terkadang hingga menangis. Ya, tentunya hal ini membuat kita sedih, namun kadang kala membuat kita jengkel. 

Dan pernah kan terbesit di diri teman – teman kalau mereka itu seperti seorang pemalas yang tidak memiliki pekerjaan dan hanya bisa meminta belas kasih orang lain saja. Nah, itu kan pendapat dari teman – teman saat memandang mereka, lalu bagaimana dengan pandangan mereka terhadap teman – teman ? 

Mungkin saja ketika mereka melihat teman – teman mereka terpikir “Enaknya ya jadi orang mampu. Bisa sekolah, bisa makan dengan enak tanpa harus mengemis begini”. Atau bisa juga ketika teman – teman memberi mereka sedikit uang ketika mereka meminta, dalam hati mereka bilang “Wah, Alhamdulillah baik sekali orang ini. Semoga Allah melimpahkan rejeki padanya sehingga ia tetap bisa membantu orang – orang seperti saya”. 

Ya, semua bergantung dari bagaimana cara kita memandang sesuatu. Ibaratnya kayak pepatah “Di satu sisi gunung terlihat pohon sawit, di satu sisi terlihat kumpulan anggrek” 

Seperti itu juga ketika kita ditimpa musibah. Misalnya kita kehilangan barang di jalan. Tentunya kita akan sangat kesal dan marah, lalu mengeluh andai saja andai saja. Tapi pernah nggak kita sadari kalau kehilangan barang kita itu dikarenakan sifat kita yang lalai dan lupa, sehingga Allah ingin kita memperbaiki hal itu dengan memberi ujian. 

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”(Qs Al Baqoroh 216) 

Di satu sisi mungkin setiap musibah yang pernah kita alami adalah hal terburuk yang mungkin tidak ingin terjadi pada kita, sehingga sering kita marah, kesal dan selalu mengeluh – mengeluh mengapa ini semua terjadi pada kita. Tetapi, pernah nggak di satu sisi kita tela’ah lebih dalam musibah yang menimpa kita itu. Tafakur, dan bermuhasabah lalu tadabbur, mungkin saja di balik masalah kita itu ada satu sisi baik yang emang sengaja Allah berikan buat kita. 

“Yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya” (QS. Ali ‘Imran: 182) 

Ya, Allah akan memberikan kita cobaan, namun pastinya selalu dibarengi oleh kemudahan dan nikmat yang luar biasa. Bacalah surah Al-Insyirah, dan akan kita temukan janji – janji Allah. Begitu juga cita – cita. 

Terkadang selalu kita temui semangat diri yang sering naik dan turun. Terkadang kita sering melewatkan kesempatan yang ada karena kita takut akan resiko yang nantinya kita temui. Tetapi kalau kita memandang dari sisi yang lain, dan kita temukan manfaat, pasti semangat kita bakal muncul kembali. Kalau kata motivator – motivator “Jangan liat resikonya, tapi tetap fokus pada manfaatnya” 

Yup, jangan memandang sesuatu hanya dari satu sisi. Bisa saja di balik sisi yang negatif itu ada sisi yang positif buat diri kita ataupun orang lain. So, keep spirit kawan – kawan para peraih mimpi. Sama – sama kita melihat mimpi kita dan melihat resiko sebagai binaan buat mental calon orang sukses seperti kita

Pengertian Ibadah Menurut Bahasa dalam Islam


Disebutkan dalam kitab-kitab bahasa, kata ibadah berarti taat, tunduk, hina, dan berbakti. Tak ada yang wajib disembah (diibadahi) kecuali hanya yang memberikan nikmat, yaitu Allah SWT.

Al-Ustadz Abul A’la Al-Maududi mengatakan, bahwa pengertian ibadah yang paling pokok ialah, hendaknya seseorang tunduk terhadap keluhuran Allah dan tunduk pada kekuasan-Nya, kemudian ia harus mengekang kebebasannya demi yang ditundukinya. Dan ia harus mengekang kebebasannya demi yang ditundukinya. Dan ia tidak akan berbuat menentang Allah dan mengikuti kehendak-Nya. Pekerjaan seorang hamba ialah taat kepada Tuhan dan menjalankan perintah-perintah-Nya. Oleh sebab itu, ibadah mengandung pengertian taat.

Kemudian Al-Ustadz Al-Maududi menambahkan, selain pengertian tadi, ada suatu unsur perasaan yang tertanam dalam hati. Perasaan ini kemudian direalisasikan dalam bentuk ibadah dan melaksanakan syiar-syiar agama, sebagai tanda terima kasih atas nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepadanya.

Asy-Syekh Muhammad ‘Abduh memberikan komentarnya: “Ibadah ialah menyerahkan diri sepenuhnya yang timbul dari rasa kagum terhadap yang dipuja; dan pelakunya sendiri tidak mengetahui dari mana asal kekagumannya itu. Selain itu ia pun meyakini kekuasaan-Nya yang di luar batas kemampuan manusia; atau secara singkatnya si pelaku menyadari kesemuanya itu, namun untuk mengetahuinya masih di luar batas kemampuan”.

Syekh Al-Islam Ibnu Taimiyah mengatakan : “Ibadah pada asalnya mengandung pengertian rasa hina terhadap yang dipujanya. Tetapi yang dimaksud dengan pengertian ibadah sebenarnya ialah mengandung pengertian rasa hina dan cinta diri. Jadi, ibadah mencakup dua pengertian yaitu rasa hina diri di hadapan Allah dan mencakup dua pengertian yaitu rasa hina diri di hadapan Allah dan sangat mencintai Allah”. Kemudian beliau menambahkan : “Barangsiapa yang tunduk terhadap seseorang tetapi ia tidak mencintainya, maka ia bukanlah seorang pengabdi. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang mencintai orang lain tetapi tidak mentaatinya, jika seseorang mencintai orang lain tetapi tidak mentaatinya, tidak pula ia dikatakan sebagai pengabdi”.

Berdasarkan penjelasan kata ibadah, kami dapat menyimpulkan pengertian ibadah yang sebenarnya sebagai berikut :
Berpegang teguh pada apa yang telah disyari’atkan Allah dan dianjurkan oleh Rasul-Nya, baik yang berupa perintah-perintah, larangan-larangan, penghalalan dan pengharaman. Pengertian ini mengandung unsur taat dan tunduk kepada Allah.
Hendaknya dalam melakukan ajaran tersebut, benar-benar keluar dari hati yang penuh rasa cinta terhadap Allah SWT. Dalam alam wujud ini, tak ada sesuatu pun yang lebih patut untuk dicintai selain Allah. Allah adalah Yang mempunyai keutamaan dan Allah-lah yang patut dipuja.

Generasi Qurani yang unik


Ada suatu kenyataan sejarah yang patut direnungkan oleh setiap ummat Islam di setiap tempat dan di setiap waktu. Mereka patut merenungkannya lama-lama, karena ia mempunyai pengaruh yang menentukan bagi metode dan arah pengajaran/pembelajaran Islam. 
Da'wah Islam pernah menghasilkan suatu generasi manusia, yaitu generasi sahabat -Semoga Allah meridhai mereka- suatu generasi yang mempunyai ciri tersendiri dalam seluruh sejarah Islam, dalam seluruh sejarah ummat manusia. 
Lalu da'wah ini tidak pernah menghasilkan jenis yang seperti ini sekali lagi. Memang terdapat orang-orang itu sepanjang sejarah. Tetapi belum pernah terjadi sekalipun juga bahwa demikian banyaknya, pada suatu tempat, sebagaimana yang pernah terjadi pada periode pertama dari kehidupan da'wah
ini.

Kenyataan ini jelas terjadi. Ia mempunyai makna yang patut direnungkan lama-lama, dengan harapan kita mengetahui hasilnya.
 
Qur'an yang dimiliki da'wah ini di tangan kita. Hadits Rasulullah Saw. Dan petunjuk-petunjuknya yang praktis, semuanya juga ada di tangan kita. Demikian juga sejarahnya yang mulia. Sebagaimana semuanya itu juga terdapat di tangan generasi yang pertama itu. Yang tidak ada sekarang hanyalah diri-pribadi Rasulullah Saw. Apakah ini yang menjadi rahasianya?

Andaikata adanya pribadi Rasulullah Saw itu demikian menentukan da'wah ini agar dapat mendapatkan buahnya tentulah Allah tidak menjadikannya sebagai risalah terakhir dan untuk seluruh ummat manusia. Tentu tidak akan diserahkan kepadanya persoalan manusia di atas bumi ini, sampai kepada masa yang terakhir.

Tetapi Allah telah menjamin untuk memelihara ketinggian da'wah ini dan mengajarkan bahwa da'wah ini mungkin berjalan terus setelah tidak adanya Rasulullah Saw. Jadi tidak adanya diri Rasulullah Saw tidak dapat memberikan tafsiran atau merupakan sebab dari peristiwa sejarah itu.

Lalu, marilah kita teliti sebab yang lain. Marilah kita lihat sumber tempat pengambilan generasi pertama. Mungkin ada yang telah berubah dalam hal ini. Kita perhatikan metode yang mereka pergunakan, kalau-kalau ada yang juga telah berubah dalam hal ini.

Sumber pertama yang menjadi tempat pengambilan generasi itu adalah Al Qur'an. Al Qur'an saja. Hadits dan petunjuk Rasullah Saw adalah hanya salah satu bekas dari sumber itu: "Sewaktu A'isyah Ra. ditanya tentang budi pekerti Rasul Saw ia berkata: Budi pekertinya adlaah Al Qur'an" (Hadits Nasai) Jadi Al Qur'an satu-satunya sumber tempat pengambilan mereka, standard yang menjadi ukuran mereka dan tempat dasar mereka berfikir. 
Hal ini bukan karena manusia di jaman itu tidak mempunyai peradaban, atau pengetahuan, atau ilmu, atau buku, atau studi. Waktu itu ada kebudayaan Romawi, yang sampai sekarang masih dihayati Eropa. Juga bekas-bekas peninggalan peradaban, logika, filsafat, dan kesenian Yunani Kuno, dan sampai sekarang masih tetap merupakan sumber pemikiran Barat. Juga peradaban Persia, dengan seni, sastra, dongeng, kepercayaan, dan sistem pemerintahan. 
Dan masih banyak peradaban lain, seperti Cina, India, Yahudi, Nasrani dan lain-lain. Jadi yang kurang bukanlah peradaban-peradaban internasional sehingga generasi itu terpaksa membatasi diri kepada Kitab Allah saja. Tetapi hal itu adalah suatu 'rencana' yang telah dibuat. Suatu metode yang disengaja. Hal ini dapat dilihat pada kemarahan Rasulullah Saw. pada waktu melihat di tangan Umar bin Khatab Ra selembar kitab Taurat. Beliau berkata: "Demi Allah, seandainya Nabi Musa hidup di kalangan kamu sekarang ini, ia mesti mengikuti saya." (HR Al Hafiz Abu Ya'la, dari Hammad, dari As-Syabi, dari Jabir)

Jadi ada tujuan Rasulullah Saw untuk membatasi sumber tempat pengambilan generasi pertama itu. Bersihkan jiwa mereka dengan sumber itu. Luruskan keadaan mereka dengan metode sumber itu saja. Karena itulah beliau marah sewaktu beliau melihat Umar Ra mencoba mengambil sumber lain. 
Rasulullah ingin menciptakan suatu generasi yang bersih jiwanya, bersih otaknya, bersih konsepsinya, bersih pemikirannya, bersih kejadiannya dari setiap pengaruh lain. Itulah sebabnya generasi itu mempunyai pengaruh sedemikian unik dalam sejarah. Tetapi setelah itu apa yang terjadi? Segala macam sumber tempat pengambilan generasi-generasi selanjutnya telah bercampur aduk. Banyak telah dituangkan falsafat dan logika Yunani, dongeng dan konsepsi Persia, cerita Israeliyat Yahudi, teologi Kristen dan sisa-sisa peradaban lain. Semuanya ini bercampur aduk dengan tafsir Al Qur'an, dan bercampur aduk juga dengan fiqh dan usul. Sumber yang tercampur aduk inilah yang menjadi sumber tempat pengambilan generasi-generasi setelah generasi yang pertama itu. ... 
Diambil -sedikit modifikasi- dari Bab I buku Petunjuk Jalan, karya Sayyid Qutb

Pentingnya pendidikan Karakter


Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:


158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM

Sumber : Litbang Kompas

Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para pejabat Negara.

Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.

Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character.

Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.

Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?

Dari sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kulaitas “usia psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan.

Walau tidak semua, tetapi kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu. Saya berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang maksimal. Saya tidak “kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan secara tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan evaluasi perilaku dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikan pendidikan untuk mengatasi persaingan pada dunia kerja. Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu didalam diri atau diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah” lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan disekolah, agar proses anak menjalani kehidupan di dunia yang sesungguhnya tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh perasaan tidak mampu didalam dirinya dan seumur hidup terpenjara oleh keyakinannya yang salah.

Baiklah kembali lagi ke topik, Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?

Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)