Minggu, 14 Oktober 2012

MUHASABAH : JANGAN MEMANDANG DARI SATU SISI



“Semua tergantung cara kamu memandang”. 

Teman – teman pernah mendengar kata ‘relatif’. Dalam kamus bahasa Indonesia arti dari kata ini adalah sifat yang tidak mutlak. Nah maksudnya adalah semua kata benda yang diikuti oleh kata ini memiliki sifat yang tergantung dari cara penilaiannya. 

Sekarang saya pengen ajak diskusi nih, benarkah kalau pandangan manusia terhadap sesuatu itu cenderung ‘relatif’? 

Pasti sering kan teman – teman lihat di daerah sekitaran lampu merah atau di jalan – jalan protokol atau jalan sekitaran kampus dan sekolah teman – teman, gerombolan pengemis dengan tampang yang berbeda – beda dan fisik yang terkadang memiliki kekurangan. Mereka meminta – minta kepada setiap orang yang mereka temui. Terkadang hingga menangis. Ya, tentunya hal ini membuat kita sedih, namun kadang kala membuat kita jengkel. 

Dan pernah kan terbesit di diri teman – teman kalau mereka itu seperti seorang pemalas yang tidak memiliki pekerjaan dan hanya bisa meminta belas kasih orang lain saja. Nah, itu kan pendapat dari teman – teman saat memandang mereka, lalu bagaimana dengan pandangan mereka terhadap teman – teman ? 

Mungkin saja ketika mereka melihat teman – teman mereka terpikir “Enaknya ya jadi orang mampu. Bisa sekolah, bisa makan dengan enak tanpa harus mengemis begini”. Atau bisa juga ketika teman – teman memberi mereka sedikit uang ketika mereka meminta, dalam hati mereka bilang “Wah, Alhamdulillah baik sekali orang ini. Semoga Allah melimpahkan rejeki padanya sehingga ia tetap bisa membantu orang – orang seperti saya”. 

Ya, semua bergantung dari bagaimana cara kita memandang sesuatu. Ibaratnya kayak pepatah “Di satu sisi gunung terlihat pohon sawit, di satu sisi terlihat kumpulan anggrek” 

Seperti itu juga ketika kita ditimpa musibah. Misalnya kita kehilangan barang di jalan. Tentunya kita akan sangat kesal dan marah, lalu mengeluh andai saja andai saja. Tapi pernah nggak kita sadari kalau kehilangan barang kita itu dikarenakan sifat kita yang lalai dan lupa, sehingga Allah ingin kita memperbaiki hal itu dengan memberi ujian. 

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”(Qs Al Baqoroh 216) 

Di satu sisi mungkin setiap musibah yang pernah kita alami adalah hal terburuk yang mungkin tidak ingin terjadi pada kita, sehingga sering kita marah, kesal dan selalu mengeluh – mengeluh mengapa ini semua terjadi pada kita. Tetapi, pernah nggak di satu sisi kita tela’ah lebih dalam musibah yang menimpa kita itu. Tafakur, dan bermuhasabah lalu tadabbur, mungkin saja di balik masalah kita itu ada satu sisi baik yang emang sengaja Allah berikan buat kita. 

“Yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya” (QS. Ali ‘Imran: 182) 

Ya, Allah akan memberikan kita cobaan, namun pastinya selalu dibarengi oleh kemudahan dan nikmat yang luar biasa. Bacalah surah Al-Insyirah, dan akan kita temukan janji – janji Allah. Begitu juga cita – cita. 

Terkadang selalu kita temui semangat diri yang sering naik dan turun. Terkadang kita sering melewatkan kesempatan yang ada karena kita takut akan resiko yang nantinya kita temui. Tetapi kalau kita memandang dari sisi yang lain, dan kita temukan manfaat, pasti semangat kita bakal muncul kembali. Kalau kata motivator – motivator “Jangan liat resikonya, tapi tetap fokus pada manfaatnya” 

Yup, jangan memandang sesuatu hanya dari satu sisi. Bisa saja di balik sisi yang negatif itu ada sisi yang positif buat diri kita ataupun orang lain. So, keep spirit kawan – kawan para peraih mimpi. Sama – sama kita melihat mimpi kita dan melihat resiko sebagai binaan buat mental calon orang sukses seperti kita

0 komentar:

Posting Komentar